KUMPULAN REFERENSI SKRIPSI DARI BERBAGAI JURUSAN,
DAN SEMUA TENTANG SKRIPSI ADA DI SINI

(033) Perkembangan Peradaban pada Masa Pemerintahan Abd al-Rahman


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal. Karena sejak awal abad 5 M (406 M) dikuasai oleh bangsa Vandals, wilayah tersebut dinamakan Vandalusia. Dalam perkembangan selanjutnya wilayah ini dikuasai oleh bangsa Visigoth. Akan tetapi pada tahun 711 M, Semenanjung Iberia jatuh ke dalam kekuasaan Islam,[1] yaitu di bawah pimpinan Musa ibn Nushair dan hambanya Thariq ibn Ziyyad.[2] Sejak itulah wilayah ini dikenal sebagai Andalusia.[3]

Abd al-Rahman III adalah penguasa dinasti Bani Umayyah II di Andalusia yang kedelapan dan merupakan penguasa pertama yang menggunakan gelar khalifah.[4] Dia merupakan orang yang paling cakap dan paling besar di antara penguasa Bani Umayyah di Andalusia.[5] Dia naik tahta pada tahun 912 M ketika berusia 22 tahun.[6] Penobatannya disambut dan diterima oleh segenap kalangan.[7]

Pada waktu Abd al-Rahman naik tahta, dinasti Bani Umayyah dalam keadaan lemah; dia dihadapkan pada masalah internal dan eksternal. Selama masa pemerintahan sebelumnya yaitu Abdullah ibn Muhammad I (888-912 M), kakek Abd al-Rahman III yang juga membesarkan dan mendidiknya, keadaan Andalusia saat itu berada pada tahap kemerosotan dan terancam bahaya. Banyak gubernur provinsi yang menyatakan kemerdakaanya,[8] sehingga kedaulatannya hanya tinggal di Cordova dan sekitarnya, bahkan sedang terjadi perang saudara dan pertempuran antar berbagai kabilah Arab.[9] Di sana banyak terjadi perampokan, sehingga ekonomi merosot, terutama pemberontakan dari kerajan Kristen di utara dan ancaman dinasti Fathimiyah di Mesir.[10] Dalam kondisi seperti itu Abd al-Rahman III berhasil memajukan dinasti Bani Umayyah II di Andalusia di segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Pemerintahan Abdurrahman III terbagi atas dua periode, pertama; periode keamiran (912-929 M), kedua; periode kekhalifahan (929-961 M).[11] Yang pertama kali dia lakukan ketika memegang kendali pemerintahan ialah menyatukan visi politik di wilayah Andalusia, dan mengikis habis pemberontakan yang dipimpin oleh Umar ibn Hafsun[12] yang mendapat dukungan dari dinasti Fathimiyyah, sebagai awal usaha mereka untuk menguasai Andalusia, juga didukung oleh budak bangsa Berber dan pemuka bangsa Arab yang memberontak.[13] Dalam dua tahun pertama dari pemerintahannya, Abd al-Rahman III dapat mengalahkan pemberontakan Umar ibn Hafsun dan dalam masa dua puluh tahun pertama Abd al-Rahman berhasil mengkonsolidasikan Andalusia.[14] Setelah memantapkan kedamaian dalam negeri, Abd al-Rahman III menghadapi tantangan dari pimpinan-pimpinan Kristen di utara. Pada tahun 916 M dan 917 M, Abd al-Rahman mengirim Ahmad, anak Abi Abdah untuk mengejar orang-orang Kristen dan melindungi orang Islam di utara. Pada tahun 930 M, Abd al-Rahman berhasil mengalahkan kerajaan Leon dan kerajaan Navarre.[15] Abd al-Rahman juga berhasil meredam perlawanan dinasti Fathimiyyah di Mesir yang ingin memperluas kekuasaannya di Andalusia.

Setelah berhasil meredam perlawanan dinasti Fathimiyyah di Mesir, pada hari Jum’at bulan Januari tahun 317 H (929 M)[16] Abd al-Rahman III dengan menggunakan gelar al-Nashir (yang berjaya), meningkatkan status pemerintahannya dari imarah menjadi khilafah. Sejak dinasti Bani Umayyah II di Andalusia berdiri sampai masa awal Abd al-Rahman al-Nashir secara politis wilayah Andalusia lepas dari kekuasaan dinasti Bani Abbas di Baghdad, sekalipun kepala pemerintahan masih menggunakan amir, karena menurut 揹oktrin teori hukum ortodox (Fiqih), kekhalifahan itu satu dan tidak bisa di bagi_, kekhalifahan menurut doktrin ini, hanyalah kepala negara yang menguasai dua kota suci Mekkah dan Madinah.[17]

Kebijakan ini diambil dengan berdasarkan kepada alasan bahwa: pertama, kekuasaan dinasti Abbasiyah sepeninggal al-Mutawakkil, hanya tinggal sebagai lambang. Kedua, dinasti Fathimiyyah di Mesir sudah menggunakan khalifah sebagai penguasa tertingginya. Ketiga, kedua kekuasaan itu tidak lebih kuat jika dibandingkan dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah di Andalusia pada waktu itu.[18] Dengan demikian, dalam dasawarsa pertama dari Abad ke-4 H (10 M), terdapat tiga kekhalifahan, dua kekhalifahan Sunni, yaitu kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, dan kekhalifahan Umayyah di Andalusia, dan satu kekhalifahan Syi’ah yaitu kekhalifahan Fathimiyyah di Mesir.[19] Dengan begitu Abd al-Rahman al-Nashir dalam kedudukannya sebagai penguasa tertinggi negara dipanggil dengan gelar Amir al-Mukminin Khalifah al-Nashir li-Dinillah.[20] Dengan melakukan kebijakan mengubah amir menjadi khalifah, telah mengubah pendapat umum yang dianut ketika itu, bahwa kepemimpinan politik Islam hanya satu, tidak lagi dipegang secara ketat. Para ulama memberikan legitimasi atas berbilangnya khalifah dengan menyatakan bahwa boleh ada beberapa khalifah, asalkan dipisahkan oleh laut.[21]

Selama 49 tahun memerintah, Abd al-Rahman al-Nashir tidak hanya mengamankan Andalusia dari kehancuran, namun sekaligus menciptakan kemakmuran dan kemajuan Andalusia. Kemajuan dalam bidang perekonomian mendukungnya untuk melancarkan kegiatan pembangunan di Andalusia. Industri dan perdagangan sangat maju sampai ke luar negeri, bahkan merupakan yang terbesar di Eropa pada waktu itu.

Di bawah pemerintahan khalifah Abd al-Rahman al-Nashir, Andalusia mengalami kemajuan peradaban yang menakjubkan dan merupakan simbol keagungan peradaban Muslim.[22] Pada saat itu Cordova ibu kota Andalusia penduduknya berkembang menjadi satu juta jiwa dan memiliki perpustakaan besar, sehingga Cordova dikenal sebagai pusat intelektual Eropa.[23] Orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana, sehingga Islam menjadi 揼uru_ bagi orang Eropa.[24]

Di bidang seni arsitektur, Cordova terkenal dengan arsitekturnya yang sangat menarik. Di sana terdapat 600 masjid, 80.000 gedung, dan 900 tempat pemandian umum.[25] Kemudian Abd al-Rahman membangun ibu kota pemerintahannya yang baru, di dekat Cordova, yaitu al-Zahra, yang dibangun oleh Abd al-Rahman untuk isterinya tercinta, yang merupakan gambaran terbaik untuk kemegahan Andalusia. Abd al-Rahman III berhasil menyatukan penduduk Andalusia, yang terdiri dari orang-orang Arab, Berber, Yahudi, Nasrani dan ada juga orang-orang Yunani. [26] Dia mengadakan hubungan diplomatik dengan luar negeri, diantaranya dengan kerajaan Bizantium, Itali, Jerman, dan Perancis.[27]

Berdasarkan pada pemikiran di atas, perkembangan peradaban pada masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di Andalusia, mempunyai kelebihan tersendiri. Oleh karena itu, peneliti mencoba mendeskripsikan dan memaparkan perkembangan peradaban yang dibangun oleh Abd al-Rahman al-Nashir.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Pokok pembahasan yang dikaji dalam skripsi ini adalah Abd al-Rahman al-Nashir dengan kebijakannya dalam memimpin pemerintahan serta pengaruhnya terhadap kemajuan kerajaan dinasti Bani Umayyah II di Andalusia. Kajian terhadap kebijakan kenegaraan ini difokuskan terhadap kiprahnya pada bidang politik yang membawa pemerintahan dinasti Bani Umayyah II di Andalusia mencapai puncak kejayaannya yang belum pernah dicapai oleh pendahulunya. Sebagai kepala pemerintah, dia mampu menciptakan keamanan dan kesejahteraan bagi kepentingan rakyatnya. Penelitian ini menelusuri lebih dalam mengenai Abd al-Rahman al-Nashir dalam mewujudkan kebijakan pemerintahannya pada tahun 912-961 M. Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka perlu dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana situasi dan kondisi politik di Andalusia menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir li-Dinillah?

2. Bagaimana kebijakan politik yang diterapkan Abd al-Rahman al-Nashir di Andalusia?

3. Bagaimana prestasi pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di bidang peradaban?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi yang diajukan dan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan mengenai situasi dan kondisi politik di Andalusia menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir li-Dinillah

2. Untuk mendeskripsikan mengenai kebijakan politik yang diterapkan Abd al-Rahman al-Nashir di Andalusia

3. Untuk mendeskripsikan prestasi pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di bidang peradaban

Adapun kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Menambah bahan dan pengetahuan di bidang sejarah, khususnya sejarah Islam pada masa klasik
  2. Memberikan informasi bahwa dinasti Bani Umayyah II di Andalusia mencapai puncak kejayaannya pada masa Abd al-Rahman al-Nashir li-Dinillah
  3. Mempermudah Mahasiswa Sejarah dan kalangan intelektual pada umumnya di dalam mempelajari dan menemukan literatur tentang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di Andalusia yang disajikan dalam teks bahasa Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai perkembangan peradaban pada masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir (912-961 M) ini sebetulnya bukanlah yang pertama, beberapa karya yang terdahulu banyak secara langsung maupun tidak langsung membahas mengenai pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir. Diantaranya Umar Asasuddin Sokah, dalam al-Jami’ah, Majalah Ilmu Pengetahuan no. 44 tahun 1986, yang berjudul 揂bdurrahman III dan Sultan Akbar (Suatu Studi Perbandingan)_, secara khusus membahas mengenai perbandingan Abd al-Rahman al-Nashir dan Sultan Akbar. Pembahasan mengenai Abd al-Rahman al-Nashir dijelaskan kebijakannya di bidang politik, namun pembahasannya tidak dijelaskan secara komprehensif, dan pembahasan mengenai situasi dan kondisi politik menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir juga tidak dijelaskan secara komprehensif.

Buku karangan K. Ali, yang berjudul A Study of Islamic History ( India: Idarah-i Adabiyat-i Delli, 1980). membahas Sejarah Islam dari zaman sebelum Islam sampai periode masa tiga kerajaan besar (Safawi, Mughol dan Turki Usmani). Mengenai Abd al-Rahman al-Nashir dijelaskan kebijakannya di bidang politik, namun pembahasan mengenai pengangkatan Abd al-Rahman sebagai khalifah tidak dijelaskan secara komprehensif, dan mengenai biografi Abd al-Rahman tidak dijelaskan sama sekali.

Buku karangan W. Montgomery Watt dan Pierre Cachia, yang berjudul A History of Islamic Spain (Edinburg: University Press, 1992), membahas mengenai Islamisasi di Spanyol sampai jatuhnya Islam di Spanyol. Pembahasan mengenai Abd al-Rahman al-Nashir dijelaskan mengenai kebijakannya di bidang politik dan perkembangan peradaban pada masa Abd al-Rahman al-Nashir. Pembahasan mengenai biografi Abd al-Rahman al-Nashir tidak dijelaskan secara komprehensif.

Buku A Political History of Muslim Spain, karangan S. M. Imamuddin (Pakistan: Najmah Sons, 1969) membahas dari masuknya Islam di Spanyol sampai runtuhnya dinasti-dinasti Islam di Spanyol. Pembahasan mengenai Abd al-Rahman al-Nashir lebih terfokus di bidang politik, sedangkan situasi dan kondisi politik menjelang Abd al-Rahman al-Nashir serta prestasinya di bidang peradaban tidak dijelaskan secara komprehensif.

Buku karangan Syed Amir Ali, yang berjudul A Short History of The Saracens (New Delhi: Kitab bhavan, 1994) membahas mengenai Islam pada zaman Nabi, dinasti Bani Umayyah di Damaskus, dinasti Bani Abbas, dinasti Bani Umayyah di Spanyol dan Islam di Afrika. Pembahasan mengenai Abd al-Rahman al- Nashir meliputi kebijakannya di bidang politik dan situasi dan kondisi menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir, sedangkan prestasinya di bidang peradaban hanya dijelaskan secara ringkas.

Dalam buku Spanish Islam: A History of The Moslems In Spain (London: Chatto & Windus, 1913) karangan Reinhart Dozy, pembahasan mengenai Abd al-Rahman dijelaskan mengenai kebijakannya di bidang politik, sedangkan mengenai situasi dan kondisi menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir dan prestasinya di bidang peradaban tidak dijelaskan secara komprehensif.

Dari buku-buku yang ada, penulis belum menemukan suatu buku yang menjelaskan secara khusus mengenai perkembangan peradaban pada masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir, buku-buku yang sudah ada itu, penjelasan mengenai Abd al-Rahman al- Nashir hanya merupakan bagian dari pembahasan mengenai dinasti Bani Umayyah II di Andalusia.

E. Landasan Teori

Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan peradaban pada masa pemerintahan Abd al-Rahman di Andalusia, meliputi kebijakan politik yang diterapkan dan pengaruhnya terhadap masyarakat setempat. Kebijakan yang ditumbuh-kembangkan Abd al-Rahman al-Nashir menghantarkan Andalusia menjadi kuat dan besar.

Penelitian ini adalah penelitian sejarah, yang mencakup masa kurang lebih 49 tahun, antara tahun 912 M, sebagai awal tampuk kekuasaan sampai tahun 961 M, ketika Abd al-Rahman al-Nashir meninggal.

Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan.[28] Jika kebijakan dianggap sebagai fenomena politik dan dimaknai sebagai distribusi kekuasaan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir adalah sebuah proses politik. Akan tetapi pola distribusi tersebut jelas dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pendekatan ilmu politik digunakan dalam penelitian ini. Ilmu politik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berkonsentrasi pada negara, mencoba memahami dan melengkapi negara, esensi dalam bentuk yang beragam atau manifestasi dari pengembangan,[29] sehingga ruang lingkup politik terkonsentrasi pada negara atau pemerintahan. Kajian ilmiah pada sejarah politik berarti harus mempelajari hakikat dan tujuan sistem politik, hubungan struktural dalam sistem tersebut, pola-pola individu atau kelompok yang membantu bagaimana sistem itu berfungsi, serta pengembangan hukum dan kebijakan-kebijakan sosial yang termasuk di dalamnya meliputi administrasi.[30]

Negara merupakan suatu struktur pokok kekuasaan politik dengan bentuk orang yang memiliki kekuasaan yang syah untuk mengatur dan mengorganisir kegiatan masyarakat ke arah terciptanya tujuan-tujuan tertentu.[31] Untuk mengimplementasikan tujuan kekuasaan Abd al-Rahman al-Nashir, digunakan teori kekuasaan negara yang diungkapkan oleh Erich Kauffman dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1911, bahwasannya esensi negara adalah machtent faltung (pengembangan, peningkatan dan penyebaran kekuasaan), bersama-sama dengan kemauan untuk menjaga dan mempertahankan diri dengan sukses.[32]

Selaras dengan apa yang dikemukakan Erich Kauffman tersebut, Abd al-Rahman berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan pemerintahannya dengan memperbaiki administrasi pemerintahan, memperluas wilayah kekuasaan, mengamankan negara dari pemberontakan dan perlawanan dari musuh-musuhnya, sehingga dia dapat meningkatkan statusnya dari amir menjadi khalifah dan dapat mempertahankan kekuasaannya, sehingga pada masanya dinasti Bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis mengenai peninggalan masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh dan dikumpulkan.[33] Metode historis ini bertujuan untuk merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Heuristik (pengumpulan data), yaitu tahap mencari data dari beberapa sumber seperti buku, majalah, internet dan lain-lain. Pengumpulan data atau dalam penelitian ini sumber dilakukan melalui penelitian kepustakaan (Library research).[34] Hal ini disesuaikan dengan sifat penelitian skripsi ini, yakni penelitian literatur.

2. Verifikasi (kritik sumber), yaitu tahap menguji keabsahan sumber. Sumber yang telah terkumpul diuji keaslian (otentisitas) dan kesahihannya (kredibilitas), melalui kritik ekstern dan intern, dengan cara menguraikan dan mengecek silang data (cross check) yang ada dari berbagai sumber tersebut. Dari pengujian ini diambil data yang paling dapat dipercaya, sehingga diperoleh sumber yang keotentikan dan kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.[35]

3. Interpretasi (penafsiran) yaitu tahap analisis sejarah. Tahap ini bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.[36] Untuk menganalisis pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Erich Kauffman. Hal ini dilakukan karena Abd al-Rahman al-Nashir mencapai keberhasilannya didasarkan pada pengembangan, peningkatan dan penyebaran kekuasaan. Hal itu merupakan suatu cara untuk mempertahankan negara dengan sukses.

4. Historiografi, merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu.[37] Penyusunan ini disusun dengan selalu memperhatikan aspek kronologis, sehingga muncul hubungan antara fakta-fakta yang ada, tersaji dengan utuh, dan berkesinambungan, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Maka untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan pengantar dalam bab selanjutnya. Bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan sistematika pembahasan. Bab ini penting untuk menjawab mengapa penelitian ini dilakukan, sekaligus sebagai pengantar bagi pembahasan-pembahasan bab berikutnya.

Bab kedua, membahas tentang situasi dan kondisi politik di Andalusia menjelang pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir. Bab ini terdiri dari sub bab situasi dan kondisi politik pada masa Abdullah ibn Muhammad I dan biografi mengenai Abd al-Rahman al-Nashir. Dengan mengetahui situasi dan kondisi politik menjelang masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir dan boigrafinya yang mempunyai latar belakang keluarga dan kepribadiannya yang dikenal sangat ramah, cerdik, tegas, pemberani, cinta ilmu pengetahuan dan sangat toleran, maka akan berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diterapkan Abd al-Rahman terhadap pemerintahannya.

Dalam bab ketiga dibahas mengenai kebijakan politik Abd al-Rahman al-Nashir di Andalusia, meliputi administrasi pemerintahan, pengamanan kerajaan dan perluasan wilayah, perubahan status pemerintahan dari amir menjadi khalifah dan hubungan diplomatik. Dengan demikian diketahui titik kulminasi perkembangan kebudayaan dinasti Bani Umayyah II di Andalusia.

Bab keempat dibahas mengenai prestasi pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di bidang peradaban, meliputi perkembangan ilmu pengetahuan, bahasa dan sastra Arab, sosial-keagamaan, ekonomi, perkembangan kota dan arsitektur, yang pada masanya mengalami kemajuan sehingga Cordova ibu kota Andalusia sangat terkenal di dunia, menandingi ketenaran Konstantinopel dan kota-kota besar dunia timur yang Islam.

Bab kelima berupa penutup, yang berisi kesimpulan, sebagai jawaban atas rumusan-rumusan masalah penelitian dan dilengkapi dengan saran-saran atas segala kekurangan dari karya tulis ini.


[1] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 2003), hlm. 216.

[2] Hamka, Sejarah Ummat Islam Jilid II (Jakarta: Bulan-Bintang, 1975), hlm. 134.

[3] Ismail, Paradigma Kebudayaan, hlm. 216-217.

[4] Marwati Djoened Poesponegoro, Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah Eropa Awal Masehi – 1815 (Jakarta: UI Press, 1988), hlm. 2.

[5] Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1992), hlm. 56.

[6] Ada juga pendapat yang mengatakan Abd al-Rahman III naik tahta ketika berusia 23 tahun, namun lebih banyak pendapat yang mengatakan 22 tahun, seperti yang dijelaskan pada bukunya S. M. Imamuddin, A Political History of Muslim Spain (Pakistan: Najmah Sons, 1969), hlm. 134. Dan buku A Short history of The Saracens (New Delhi: Kitab Bhavan, 1994), hlm. 496 yang di tulis oleh Syed Amir Ali.

[7] K. Ali, A Study of Islamic History (India: Idarah-i Adabiyat-i Delli, 1980), hlm. 317.

[8] Syed Mahmudunnasir, Islam: Its Concepts & History (India: Kitab Bhavan, 1994), hlm. 225-226.

[9] Imamuddin, A Political, hlm. 134.

[10] Mahmudunnasir, Islam: Its Concept, hlm. 226-228.

[11] E. Van Donzel, Islamic Desk Reference (New York: E. J. Brill, 1994), hlm. 9.

[12] Umar ibn Hafsun muncul pada masa Muhammad ibn Abdurrahman II (852-886 M) sebagai lawan berat, demikian pula pada masa Mundzir (886-888 M) dan masa Abdullah (888-912 M). Pada masa penguasa ketiga ini, Umar ibn Hafsun sebagai penguasa defacto di Andalusia. Pada masa Abd al-Rahman III (912-961 M), Umar ibn Hafsun sudah lanjut usia dan mengubah akidahnya dari Islam menjadi Kristen, namanya diganti menjadi Samuel. Tujuannya adalah mendapatkan simpati dari dunia Kristen Eropa, namun bukannya mendapat simpati dari orang-orang Kristen, bahkan anak kandungnyapun tidak ada yang mendukungnya, karena kehidupannya yang tidak konsisten.

[13] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 134.

[14] Umar Asasuddin Sokah, 揔enapa Islam Lenyap Sama Sekali Dari Spanyol?_, dalam al-Jami’ah, Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam no. 38 tahun 1989, hlm. 43.

[15] Umar Asasudin Sokah, 揂bdurrahman III dan Sultan Akbar (Suatu Studi Perbandingan)_, dalam al-Jami’ah, Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam no. 44 tahun 1991, hlm. 83.

[16] Reinhart Dozy, Spanish Islam: A History of The Moslems in Spain (London: Chatto & Windus, 1913), hlm. 425.

[17] C. E. Bosworth, Dinasti-dinasti Islam, terjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 34.

[18] Mundzirin Yusuf, Sejarah Kebudayaan Islam II, Diktat Tidak Diterbitkan (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1990), hlm. 36.

[19] Hassan Ibrahim Hassan, Islamic History and Culture (London: From 630, 1968), hlm. 210.

[20] Maman A. Malik Sya’roni, Islam di Andalusia, Sejak Penaklukan Sampai Berakhirnya Daulat Bani Umayyah di Cordova, Diktat Tidak Diterbitkan (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1987), hlm. 31.

[21] Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1993), hlm. 24.

[22] Akbar S. Ahmad, Citra Muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemah Munding Ram dan Ramli Yakub (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 45.

[23] M. Solihin Arianto, 揚erkembangan Perpustakan Islam Pada Periode Klasik_, dalam Thaqafiyyat, Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam vol. 2 no. 2 Juli-Desember 2001, hlm. 165.

[24] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Press, 2000), hlm. 84.

[25] Ali, A Study, hlm. 321.

[26] Maman, Islam di Andalusia, hlm. 40.

[27] Imamuddin, A Political, hlm. 154-155. Lihat juga Amir Ali, A Short History, hlm. 509-510.

[28] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 4.

[29] Inu Kencana Syafi’i, Ilmu politik (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 18-19.

[30] Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 17-18.

[31] Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1972), hlm. 38-39.

[32] S. P. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: Rajawali Press, 1917), hlm. 244.

[33] Gottschalk, Mengerti Sejarah, hlm. 32.

[34] Mengenai metode dokumenter ini, lihat T. Ibrahim Alfian, 揇isiplin Sejarah Dalam Merekonstruksi Masa Lampau Untuk Menyongsong Masa Depan_, dalam Lokakarya Nasional Pengajaran Sejarah Arsitektur ke-4, 22-23 April 1999 di Yogyakarta, hlm. 20. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 45.

[35] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: Lapera, 2002), hlm. 99.

[36] Dudung, Metode Penelitian, hlm. 64.

[37] Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1995), hlm.5. lihat juga Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah cet. I (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm. 20.

dapatkan file lengkapnya

klik disini


 


CARA SINGKAT BELAJAR BAHASA INGGRIS segera bergabung bersama kami..!!!!